ARTICLE AD BOX
TANJUNGPINANG, SERANTAU MEDIA - UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak Kota Tanjungpinang mencatat 70 persen pelaku kekerasan seksual terhadap anak berasal dari orang terdekat. Jumlah ini terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Orang terdekat yang dimaksud juga termasuk keluarga inti, seperti ayah, saudara dan kakek. Selain itu tetangga, teman, dan pacar juga menjadi orang terdekat yang berpotensi menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap anak.
"Mungkin adanya kesempatan, karena setiap hari bermain makanya timbul rasa," kata Kepala UPTD PPA Kota Tanjungpinang, Zakiah, Jumat (25/10/2024).
Sehingga menurutnya perlu penguatan pada diri anak agar tidak menjadi korban dalam bujuk rayu. Guna mengetahui batasan dan prilaku yang boleh serta tidak boleh dilakukan orang lain kepadanya.
"Karena sebagian besar kasus yang kita tangani ini memang anak-anak yang broken home, dan tidak mempunyai sosok kasih sayang ayah," ujarnya.
Belakangan ini, kasus pelecehan anak di Tanjungpinang juga dilakukan oleh oknum yang sudah berusia lanjut. Selama tahun 2024 juga tercatat 5 pria yang berada di rentang usia 61-80 tahun menjadi pelaku tindak kekerasan terhadap anak.
"Penguatan keluarga yang paling penting, anak harus kita ajari terbuka, jadi kalau ada yang tidak nyaman harus cerita kepada orang tua," ucap Zakiah.
Sepanjang tahun 2024 ini, UPTD PPA Kota Tanjungpinang telah melakukan pendampingan terhadap 33 anak yang terlibat kasus kekerasan seksual. Sebanyak 30 anak merupakan korban, dan tiga orang merupakan pelaku.
"Tapi karena ini usianya masih anak tetep didampingi, walaupun dia pelaku juga kita tetap anggap dia korban, bisa dari lingkungan, sosial, dan lainnya," kata Zakiah menjelaskan.
Penanganan dan pendampingan terhadap anak korban kekerasan seksual juga memiliki tantangan yang cukup sulit. Terutama untuk keluarga yang tidak ingin melapor, karena melibatkan keluarga inti.
Selain itu anak-anak juga cenderung memberikan kesaksian yang tidak konsisten, karena dipengaruhi lingkungan. ***