ARTICLE AD BOX
PHR menemukan sumber migas baru tersebut melalui pengeboran Sumur Eksplorasi Astrea-1 yang berada di wilayah Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. EVP Upstream Business PHR WK Rokan Andre Wijanarko mengatakan, sumur eksplorasi Astrea-1 ini merupakan sumur Komitmen Kerja Pasti (KKP) WK Rokan dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang memiliki tujuan reservoir utama pada Formasi Pematang Tempat Tidur Merah Atas.
Sumur tersebut dibor dengan profil terarah menggunakan rig pengeboran darat, ditajak pada 10 April 2024 dan mencapai kedalaman akhir pada kedalaman 7.158 kaki pada tanggal 23 Mei 2024.
Andre mengatakan, pada tanggal 5 Juli 2024, pengoperasian Sumur Astrea-1 dilanjutkan pada tahapan Uji Konten Lapisan (UKL) menggunakan rig workover. Setelah dilakukan serangkaian evaluasi formasi dengan menggunakan e-line logging, PHR selanjutnya mengusulkan 2 interval UKL.
“Pada tahapan Uji Kandungan Lapisan pertama, Formasi Pematang Upper Red Bed berhasil memperoleh laju alir minyak lebih dari 3.000 BOPD. Penemuan sumur eksplorasi ini merupakan penemuan sumur yang ketiga setelah sebelumnya penemuan migas di sumur Sidingin North-1 dan Pinang East-1 serta sumur Mibasa-1 yang mengindikasikan minyak,” jelas Andre.
UKL sumur eksplorasi bertujuan untuk mengetahui kandungan ekonomi hidrokarbon dari suatu lapisan dan mengetahui karakteristik reservoir yang dilakukan sesaat setelah pengeboran. UKL ini dilakukan dengan cara memproduksi cairan melalui pipa bor.
“Jika diperoleh hidrokarbon pada saat uji kandungan lapisan, maka laju alirnya diukur untuk kemudian dialirkan menuju burn pit untuk dibakar karena keterbatasan fasilitas produksi pada tahapan eksplorasi. Hal ini umum dilakukan pada proses uji kandungan lapisan dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan dan lingkungan serta mitigasi dampak sosial,” jelas Andre.
VP Explorations PHR Suprayitno Adhi Nugroho menjelaskan, temuan migas di Astrea-1 ini merupakan hasil kolaborasi seluruh fungsi di WK Rokan dalam mendukung strategi eksplorasi Perusahaan.
“Pengeboran sumur Astrea-1 sekaligus sebagai pembuktian konsep baru pengembangan kawasan kompleks cluster prospek yang ada di WK Rokan dan akan dilanjutkan evaluasi bawah permukaan melihat peluang jebakan stratigrafi di Formasi Pematang Upper Red Bed, Sub Cekungan Aman Utara dan Sumatera Tengah,” jelasnya.
“Penemuan minyak di Astrea-1 ini semakin menambah keyakinan geoscientist (ahli geologi) PHR dalam pencarian sumber daya baru di daerah yang sudah sangat matang (matang), berada di antara lapangan berproduksi dan telah diproduksi puluhan tahun dalam rangka menjaga penurunan alamiah produksi minyak ke depan,” tambah Andre.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengapresiasi pencapaian yang diraih PHR ini. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro mengatakan, pengeboran sumur Astrea-1 merupakan bukti bahwa KKKS dalam hal ini PHR terus berkomitmen untuk melakukan pengobaran untuk mencapai target dan menaikkan produksi migas nasional.
“Komitmen pengoboran harus terus dijalankan oleh PHR dan KKKS lainnya untuk sama-sama mencapai target yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” kata Hudi.
Menurut Hudi, temuan hidrokarbon minyak bumi dari Sumur Astrea-1 di Blok Rokan merupakan kabar baik, terlebih saat ini bertepatan dengan peringatan 22 tahun kiprah SKK Migas dalam pengelolaan hulu migas di Indonesia.
“Sebagai wujud penerapan Perencanaan Jangka Panjang bagian cadangan hingga produksi, penemuan ini akan terus ditindaklanjuti dan proses pengembangan terus berjalan sehingga terjadi peningkatan produksi yang masif,” kata Hudi.
Eksplorasi Subholding Upstream Pertamina gencar melakukan aktivitas eksplorasi migas di area yang telah ada dalam rangka mendukung penghentian produksi pada wilayah kerja yang matang didukung dengan teknologi dan operasi yang andal.
Temuan cadangan ini sekaligus sebagai bagian penting dari program pemerintah di sektor energi nasional untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari dan produksi gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030.**